Selasa, 14 Juni 2011

Menjadi Tua

"Kemarin, hari ini, dan besok, dan besoknya lagi....terus bergulir. Waktu menggelinding membawa setiap garis di dahi dan kelopak mata. Saat tersadar, kau dapati dirimu terselimuti keterasingan hingga membuatmu memohon untuk memutar ulang? Separah itukah? Waktu tak pernah memberi toleransi pada kerutan ataupun penyesalan. Tapi, waktu selalu memberi kesempatan kedua. Lantas, kenapa kau biarkan hatimu tercabik perasaan tak menentu? Apa karena kau takut? Setidaknya, akui saja, ketakutan itu. Kau takut pada waktu? Karena waktu membuatmu menjadi tua padahal sikapmu tak ubahnya seperti remaja? Hahaha....kau sungguh lucu? Tapi itu wajar, jadi kau tak perlu malu, kau sedih karena waktu dapat sangat kejam dan merenggut segalanya darimu. Kau sangat resah jika itu hadir dalam benakmu bukan? Sekarang apa jawabmu? Kenapa kau hanya diam?"

"Maaf jika aku hanya bisa diam, mungkin karena kata-katamu benar? Diri dan jiwa yang rapuh hanya sanggup berdiri pada tonggak kepasrahan saja bukan? Dan jika itu hal yang wajar maka biarkan aku mengakuinya. Pernahkah kau mendengar tak ada yang lebih menakutkan bagi seorang wanita selain kerutan dan menjadi tua? Aku juga sama? Walau aku juga percaya tentang kecantikan wanita memiliki keunikan tersendiri seiring kematangan usianya. Mungkin terasa sedikit menakutkan, karena dalam proses itu, aku lebih mirip bunga yang tak bertuan? Sesuatu yang selalu ingin kau tampilkan segar namun kau bisa menerima segala prosesnya jika dirimu tak sendiri?"

"Apakah itu yang kau rasakan? Kau merasa sepi?"

"Tak sepenuhnya? Waktu memberi refleksi yang sulit dijelaskan dan hanya dirimu sendiri yang mengerti? Kesepian itu ibarat taman tanpa suara? Sekali kau memasukinya dan semakin dalam kau akan melupakan segala suara hingga membuatmu terbiasa.
Ketika waktu menyadarkan tentang kematangan, tentang pencapaian, tentang pengabdian, tentang pertanyaan sejauh manakah? Itu yang menakutkan... Mungkin kadarnya lebih dari setiap coretan garis yang muncul di dahimu.... Penyesalan yang hadir karena menyadari, mungkin sebagian besar waktu itu hanya sia-sia....Hingga yang diperoleh hanya sedikit pencapaian, kontribusi bagi sesama yang hanya biasa, dan mungkin cinta yang tak pernah sanggup dimiliki...Itulah ketakutan itu, waktu menyadarkan bahwa hidupmu bukanlah apa-apa... Bukan kebanggaan, menyadari dirimu menjadi tua... Menyadari dirimu sangat tergantung, menyadari dirimu sangat takut kehilangan, perlindungan dan kasih sayang."

"Kau tahu apa yang paling kau butuhkan jika ketakutan itu menghampirimu?"

"Apa?"

"Setiap jiwa dipermanis oleh iman. Iman yang mengajarkan untuk tawakkal dan berserah diri hanya kepada Sang Pencipta. Karena ketakutan yang hinggap di hati adalah ujian dari Yang Maha. Darinya dan seharusnya hanya kepada-Nya lah segala sesuatu dikembalikan.
Jika kau takut dan resah, mendekatlah dan serahkan dirimu, masalahmu, hanya kepada Sang Pemilik Jiwa. Dan jika dirimu benar-benar melakukannya dengan ikhlas, ketakutan itu takkan membalutmu. Cukup sesederhana itu............"





Tidak ada komentar:

Posting Komentar